Senin, 01 Mei 2017
CRAYON
Aku punya crayon: sebuah tongkat sihir bagiku si penyihir
Sssst....ini rahasia kita
Dengan kekuatan bulan dan bintang, aku bisa menyihir hidupmu
Di pagi hari... kugunakan warna putih untuk menggambar awan sejengkal raksasa di atas kepalamu
Disiang hari... kugunakan banyak warna kuning keemasan, tak lupa warna biru yang menenangkan
Namun jika kamu ingin sedikit basah, kan ku gambar hujan untukmu.
Dan senja datang... kugunakan jingga untuk mewarnai ngarai di dekat rumahmu, ucapkan selamat tinggal pada matahari yang meletus
Hari menggelap
Tapi ku sudah lelah mewarnai
Biarkan gelap menemani mimpimu
Jangan lupa simpan sebuah bintang dĂbawah bantal, bersama dengan hatiku . . .
Esok warnai langitmu sendiri dengan warna apapun yang kau mau. . .
Berjanjilah jangan biarkan langitmu kelabu
KAMU
Dari aku anak gahul
Untuk kamu a(la)y
Kamu tua, juga dewasa
Cara kamu memperlakukan saya
Cara kamu memandang saya
Dan cara kamu menyayangi saya.
Kamu memberikan suatu cinta yang berbeda.
Kamu memberikan suatu pilihan.
Dimana saya boleh bebas memilih peran yang saya mau
Dan dengan segala peran yang saya pilih, kamu menerimanya dengan ikhlas.
Kamu bukan sang pelukis yang menemani saya untuk melukis masa depan saya
Ruang lukisan saya dan kamu adalah ruang yang berbeda,
dan kita berkuasa atas ruang masing-masing
Kamu juga bukan buku kitab suci saya
Yang menuntut A
Yang menuntun B
Kamu adalah rumah saya
Kemanapun saya berkelana, kamu tempat saya kembali
Kamu selalu memberikan hangat yang tak kunjung padam
Membukakan pintu untuk kumasuki hatimu
Walau terkadang kamu yang malah terluka.
Karena saya yang kadang bertindak terlalu jauh.
Tapi kamu tetap menjadi rumah saya.
Maka dari itu, aku sayang kamu.
Untuk kamu a(la)y
Kamu tua, juga dewasa
Cara kamu memperlakukan saya
Cara kamu memandang saya
Dan cara kamu menyayangi saya.
Kamu memberikan suatu cinta yang berbeda.
Kamu memberikan suatu pilihan.
Dimana saya boleh bebas memilih peran yang saya mau
Dan dengan segala peran yang saya pilih, kamu menerimanya dengan ikhlas.
Kamu bukan sang pelukis yang menemani saya untuk melukis masa depan saya
Ruang lukisan saya dan kamu adalah ruang yang berbeda,
dan kita berkuasa atas ruang masing-masing
Kamu juga bukan buku kitab suci saya
Yang menuntut A
Yang menuntun B
Kamu adalah rumah saya
Kemanapun saya berkelana, kamu tempat saya kembali
Kamu selalu memberikan hangat yang tak kunjung padam
Membukakan pintu untuk kumasuki hatimu
Walau terkadang kamu yang malah terluka.
Karena saya yang kadang bertindak terlalu jauh.
Tapi kamu tetap menjadi rumah saya.
Maka dari itu, aku sayang kamu.
Sabtu, 29 April 2017
Aku Jatuh
Ini memang bukan jatuh cinta pada pandangan pertama, karena faktanya
aku selalu jatuh di setiap pandangan.
Mereka Bilang
Mereka bilang dia cantik
Mereka bilang aku jelek
Mereka bilang dia baik
Mereka bilang aku jahat
Mereka bilang dia pintar
Mereka bilang aku bodoh
Mereka bilang dia segalanya
Mereka bilang aku hanya bayangan, tak ada arti
Mereka bilang dia adalah masa depan
Mereka bilang aku adalah masa lalu
Mereka bilang dia adalah ratu dengan aku kacungnya
Mereka bilang aku adalah ratu dengan dia kacungnya
Mereka bilang dia adalah bintang yang bersinar
Mereka bilang aku adalah gelap malam
Mereka bilang dia adalah anugerah
Mereka bilang aku adalah kutukan
Mereka bilang dia adalah aku
Mereka bilang aku adalah dia
Poam to Palestine
Bintang itu kembali bersinar!
Satu dua tiga empat hingga tak ada satu orang pun lagi yang mampu menghitungnya!
Celakalah sang bintang!
Sang bintang jatuh ke bumi dan bertabrakan dengan para cacing tanah
Menyebabkan ledakan maha dahsyat
Tak lama terdengar kata ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR!
Semua hanyut dalam banjir tangisan
Potongan-potongan daging manusia berserakan di tanah, tempat sang bintang jatuh
Darah bagai air yg mengaliri mulut manusia yang ternganga tak bernyawa menghilangkan rasa haus mereka selama ini dan menggantinya dengan rasa sakit yang besar
Di balik cadarnya sang ibu berumpat kepada si pemilik bintang
Anak memeluk ibu mereka
Tak jarang pula sang ibu berteriak-teriak melihat makhluk kecilnya menjadi mayat
Para simpatisan datang untuk membantu mereka
wartawan pun datang dengan kamera di tangan kirinya dan tasbih di tangan kanannya
Bulan sabit merah sibuk dengan tandu-tandunya
Mengobati yg terluka; mengobati yang patah
Tapi tak ada satu pun dari mereka yang mampu mengobati sakit hati para sakit
Allah memang adil
Ia berikan adil di dunia ini
Ia berikan sakit pada hamba-Nya
Ia juga berikan senyum di hambaNya
Ia berikan senyum bagi para pemilik bintang-bintang itu
Para pemilik bintang itu tampang menikmati detik kemengangan itu
Ya detik hanya detik sebuah detik kebahagiaan dunia dan abadi di neraka
Sang komandan pemilik bintang itu tersenyum, ia telusuri kertas biru hijau ia beri tanda X bagi daerah yg besok akan rata dengan tanah di tangannya!
Ia buai anggur ia teguk maksiat dan ia telan nestapa
Sungguh itulah yg akan terjadi bagi sang komandan!
Sementara itu sang warga palestina berpikir apakah ia harus tidur atau tidak
Ia adukan semuanya kepada Tuhan-Nya *DIMANA AKU BERADA YA ALLAH KETIKA KUTUTUPKAN MATA INI APAKAH AKU MASIH ADA DI DUNIA ATAU MUNKAR DAN NAKIR YANG AKAN KUTEMUI? AKU IKHLAS DENGAN JALANMU YA ALLAH!
Satu dua tiga empat hingga tak ada satu orang pun lagi yang mampu menghitungnya!
Celakalah sang bintang!
Sang bintang jatuh ke bumi dan bertabrakan dengan para cacing tanah
Menyebabkan ledakan maha dahsyat
Tak lama terdengar kata ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR!
Semua hanyut dalam banjir tangisan
Potongan-potongan daging manusia berserakan di tanah, tempat sang bintang jatuh
Darah bagai air yg mengaliri mulut manusia yang ternganga tak bernyawa menghilangkan rasa haus mereka selama ini dan menggantinya dengan rasa sakit yang besar
Di balik cadarnya sang ibu berumpat kepada si pemilik bintang
Anak memeluk ibu mereka
Tak jarang pula sang ibu berteriak-teriak melihat makhluk kecilnya menjadi mayat
Para simpatisan datang untuk membantu mereka
wartawan pun datang dengan kamera di tangan kirinya dan tasbih di tangan kanannya
Bulan sabit merah sibuk dengan tandu-tandunya
Mengobati yg terluka; mengobati yang patah
Tapi tak ada satu pun dari mereka yang mampu mengobati sakit hati para sakit
Allah memang adil
Ia berikan adil di dunia ini
Ia berikan sakit pada hamba-Nya
Ia juga berikan senyum di hambaNya
Ia berikan senyum bagi para pemilik bintang-bintang itu
Para pemilik bintang itu tampang menikmati detik kemengangan itu
Ya detik hanya detik sebuah detik kebahagiaan dunia dan abadi di neraka
Sang komandan pemilik bintang itu tersenyum, ia telusuri kertas biru hijau ia beri tanda X bagi daerah yg besok akan rata dengan tanah di tangannya!
Ia buai anggur ia teguk maksiat dan ia telan nestapa
Sungguh itulah yg akan terjadi bagi sang komandan!
Sementara itu sang warga palestina berpikir apakah ia harus tidur atau tidak
Ia adukan semuanya kepada Tuhan-Nya *DIMANA AKU BERADA YA ALLAH KETIKA KUTUTUPKAN MATA INI APAKAH AKU MASIH ADA DI DUNIA ATAU MUNKAR DAN NAKIR YANG AKAN KUTEMUI? AKU IKHLAS DENGAN JALANMU YA ALLAH!
Kutulis Puisi Ini
Puisi ini hanya tulisan
Tak bermulut tapi punya rasa
Tak punya telinga tapi ingin didengar
Dan puisi ini tak akan pernah bertitik karena puisi ini simbol rasa yg tak pernah berakhir
Kutulis puisi ini agar kau mengerti
Kutulis puisi ini agar kau mau mendengar
Kutulis puisi ini karena aku pecundang
Kau tahu puisi ini hanya sebuah hiperbola dari abstraknya rasa
Kumpulan partikel-partikel sakit dan berkumpul menjadi perih
Kau begitu mengerti aku dibandingkan diriku sendiri
Kau menghargaiku bagai putih yang suci
Aku ingin menangis semalaman suntuk untukmu
Memahami rasamu yang tak kan pernah bisa kubalas
Aku telah mengganggap kau sebagai diriku dalam kelamin yg lain
Aku ingin kau terus ada untukku tak ingin kau berpaling dengan yang lain
Tapi di satu sisi aku tak dapat membalasmu
Aku hanya ingin kamu sebagai tangan penuntunku ketika aku lemah
Aku ingin kamu menjadi mata ketika aku tidak bisa melihat yang benar dan salah
Dan aku ingin memiliki rasamu seutuhnya; tak ingin kau teruntuk yang lain
Aku takut kamu menjadi dia yang meninggalkan aku
Aku takut kamu menjadi pembohong seperti dia
Betapa bangganya aku ketika dia memperhatikanku menjagaku dengan segenap perasaan dia tanpa kamu tahu
Tapi begitu kukatakan yg sebenarnya dia tinggalkan aku
Aku memang jahat dan pecundang tapi ku takkan bisa kehilangan yang terlalu indah untuk kulepas/
Tak bermulut tapi punya rasa
Tak punya telinga tapi ingin didengar
Dan puisi ini tak akan pernah bertitik karena puisi ini simbol rasa yg tak pernah berakhir
Kutulis puisi ini agar kau mengerti
Kutulis puisi ini agar kau mau mendengar
Kutulis puisi ini karena aku pecundang
Kau tahu puisi ini hanya sebuah hiperbola dari abstraknya rasa
Kumpulan partikel-partikel sakit dan berkumpul menjadi perih
Kau begitu mengerti aku dibandingkan diriku sendiri
Kau menghargaiku bagai putih yang suci
Aku ingin menangis semalaman suntuk untukmu
Memahami rasamu yang tak kan pernah bisa kubalas
Aku telah mengganggap kau sebagai diriku dalam kelamin yg lain
Aku ingin kau terus ada untukku tak ingin kau berpaling dengan yang lain
Tapi di satu sisi aku tak dapat membalasmu
Aku hanya ingin kamu sebagai tangan penuntunku ketika aku lemah
Aku ingin kamu menjadi mata ketika aku tidak bisa melihat yang benar dan salah
Dan aku ingin memiliki rasamu seutuhnya; tak ingin kau teruntuk yang lain
Aku takut kamu menjadi dia yang meninggalkan aku
Aku takut kamu menjadi pembohong seperti dia
Betapa bangganya aku ketika dia memperhatikanku menjagaku dengan segenap perasaan dia tanpa kamu tahu
Tapi begitu kukatakan yg sebenarnya dia tinggalkan aku
Aku memang jahat dan pecundang tapi ku takkan bisa kehilangan yang terlalu indah untuk kulepas/
Rabu, 26 April 2017
Bumi
Alkisah
di sebuah negeri, ada seorang anak bernama Amel. Amel adalah seorang anak
korban tsunami. Pada suatu malam ia berdoa pada Tuhan. Berharap semuanya akan
jauh menjadi lebih baik.
Titik-titik
hujan jatuh membelai pipi anak manis itu. Ia pun menjadi sedih hingga akhirnya
menangis. Lalu sang bintang yang sedang bermain-main di langit, tidak sengaja
melihatnya. Ia pun turun dari langit dan memancarkan sinarnya, memberi
kehangatan pada anak itu. Anak itu pun tertegun pada bintang itu. Hingga
akhirnya sang bintang bertanya pada anak itu,,
"Mengapa
kamu menangis? Lihatlah hujan baru saj berhenti dan sekarang semua bintang dan
bulan sedang tertawa gembira?" seru sang bintang
"Aku
sedih bintang, aku merasa seperti dibenci bumi" hela Amel dengan lembut
"Dibenci
bumi? Mengapa kau berpikir seperti itu?"
"Aku...,
aku merasa bumi tidak sayang padaku, setiap hari ia mengirimkan hujan padaku
dan keluargaku hingga akhirnya aku harus mengungsi karena banjir, setiap minggu
ia kirimkan kami gempa hingga kami bingung mencari tempat yang aman. Dan bahkan
sekarang ia mengirimkan aku bencana tsunami, hingga aku harus hidup sebatang kara."
"Sebenarnya
aku tidak tahu apakah bumi membencimu atau tidak? Namun jika kamu mau aku bisa
menanyakannya pada bumi tapi dengan syarat kau harus berhenti menangis"
"Iya,
tolong tanyakan padanya ya bintang, aku akan menunggumu disini dan aku akan
berhenti menangis."
"Baiklah"
Pergilah
sang bintang ke tempat bumi, tampak disana bumi sedang terisak dan siap untuk
menangis kembali.
"Bumi.."
seru sang bintang
"Bintang?
Rasanya sudah lama sekali aku tidak berjumpa denganmu, apa ada sesuatu yang
ingin kau bicarakan?"
"Iya,
aku hanya ingin menyampaikan sebuah amanat dari salah satu anak di bumi. Ia
bertanya padaku apakah kamu membencinya, membenci manusia"
"Sungguhkah
ia bertanya seperti itu? Tapi bukankah manusia yang membenciku?"
"Tidak,
mereka tidak membencimu bumi,
itu yang kutahu. Mereka hanya berkeluh kesah mengenai hujan, gempa dan tsunami
yang kau kirimkan pada mereka. Mereka merasa semua itu kau lakukan karena kamu
benci dengan mereka" hibur sang bintang
"Apakah
begitu bintang? Sungguh aku tak pernah bermaksud untuk itu. Gempa yang
kukirimkan pada mereka adalah getaran tubuhku. Aku merasa sangat kedinginan
karena pohon-pohon yang menjadi mantelku semakin menipis. Manusia terus saja
menebangi pohon-pohonku hingga beberapa bagian tubuhku tak diselimuti hingga
akhirnya aku pun kedinginan dan tubuhku bergetar. Lalu juga terkadang aku
bergetar karena tubuhku gatal, sangat gatal. Ini semua karena sampah-sampah
yang ada di tubuhku semakin banyak dan tidak ada yang mau peduli hingga
akhirnya seluruh tubuhku gatal. Dan aku pun ingin menggaruknya dan mungkin aku
tak sengaja menggerakkan tubuhku. Lalu mungkin tanpa mereka sadari aku kirimkan
panas yang berlebihan hingga menyebabkan kemarau. Itu semua karena aku sangat
kedinginan bintang karena tak ada pohon yang menjadi mantelku dan aku pun
mendekat pada matahari. Atau aku terlalu dekat hingga menyebabkan mereka
kepanasan."
"Lalu
bagaimana dengan hujan dan tsunami bumi?"
"Tsunami
yang terjadi itu karena aku sedang demam dan batuk, aku batuk-batuk hingga
akhirnya tidak sengaja melakukan gerakan yang besar. Dan aku tidak bisa menahan
air laut di tubuhku lagi, kamu tahu kan kalau kita sedang sakit tubuh kita bisa
sangat tidak berdaya. Ini semua terjadi karena polusi dari manusia yang
membuatku batuk-batuk. Selain itu tubuhku terasa sangat sakit, gara-gara
paku-paku bumi yang mereka tancapkan padaku.Terakhir adalah hujan, hujan adalah
air mataku bintang.Aku sedih melihat apa yang manusia lakukan padaku bintang,
mereka terus saja membuat kerusakan di diriku. Hingga aku berpikir mereka
membenciku"
"Ohh
begitu tapi bumi mereka
manusia tidak membencimu. Mereka mencintaimu dan makanya sekarang jangan
menangis lagi yaa, kasian mereka banjir teruss. Dan akan aku katakan pada mereka semua yang
kudengar tadi. Ok?"
"Iya
baiklah bintang, terima kasih"
"Sama-sama"
Bintang
pun pergi dengan senyum di bibirnya dan ia akan menyampaikan semua pada Amel
yang telah menunggunya di sana.
.
Yang membuat
saya percaya bahwa foto bisa bicara adalah anda. Foto anda seakan bicara,
bahwasanya Sang Pencipta mempunyai pesona indah berupa manusia untuk saya jaga.
Di setiap gambaran foto itu, terdapat sebuah kenyamanan yang tak terdefinisikan. Matamu, mataku, mata yang memata-matai
mata kita. Tak terbaca.
Q & A
Q: “Pernahkah kamu berpikir, mengapa cinta dan benci bisa
tumbuh berdekatan kadang hanya ada selaput tipis sebagai pembatasnya. Saya
sering membayangkan, tentu lebih menyenangkan jika cinta berada di samping
persahabatan atau setidaknya pertemanan karena dengan batas itu saya tidak
perlu takut ketika saya mencoba menerobos satu sisi untuk ke sisi lain,
menerobos persahabatan menjadi suatu bentuk cinta. Tapi ternyata kenyataannya
tidak seperti itu kan, batas cinta adalah kebencian dan saya tidak tahu dimana
batas pertemanan atau persahabatan dengan cinta, saya takut ketika saya salah
menerobos pembatas itu yang saya temui adalah batas kebencian. Bukankah banyak
orang yang salah menerobos batas
tersebut dan tersesat dalam benci. Dan mengapa cinta itu bisa lebih rendah atau
lebih tinggi antara satu pasangan dengan pasangan yang lain?”
...
A: ”Karena persahabatan tidak terletak di samping cinta.
Tapi persahabatan terletak dalam cinta. Jika kamu menghayati dan benar pernah
merasakannya, kamu akan menemui bahwa cinta adalah persahabatan yang eksklusif,
hanya dapat dimiliki untuk satu orang. Persahabatan dan cinta tidak akan pernah
menyakiti, akan selalu mengasihi, dan tak ingin orang yang ia sebut sahabat
atau cinta itu tersakiti. Dan soal
cinta atau benci simpati atau antipati adalah soal hati yang tumbuh laksana
jari-jari kita, tidak dapat ditanyakan mengapa yang satu lebih rendah dari yang lain dan mengapa ibu jari
lebih besar dari jari kelingking.”
Jodoh
Kalau memang jodoh kita pasti akan
ketemu lagi
Kalau bukan itu
alasan Tuhan yang tidak perlu ditanyakan kenapa.
Berlari
Berlari
Mari kita sebut ini pelarian
Menunggu itu membosankan; oleh karena itu saya berlari
Ah sial, saya berlari ke tempat yang salah
Tempat iu menahan saya
Tempat itu tidak buruk
Ia memberi saya makan, minum dengan cinta yang amat besar
Ia menjaga saya
Mencoba membuat saya menetap selamanya
Saya berusaha
Tapi gagal
Seseringkali saya berkata bahwa ini bukan pelarian
Sesering itu pula saya ingin berlari
Saya, (mungkin) manusia tidak tahu terima kasih
PELAJARAN
Pernah bersama kamu, bukan suatu kesalahan
Saya anggap, hal ini adalah pelajaran
Mengenal kamu, mendewasakan saya
Sayangnya, saat kita dewasa, kita malah tak saling mengenal
Saya berharap saya dapat membaca hal yang tersirat
Mengetahui apa yang ada di pikiranmu
Bersikap seperti maunya kamu
Melakukan semuanya dengan sempurna
Tapi saya tidak punya
kemampuan untuk membaca pikiran
Dan kamu juga tidak pernah menjelaskan kepada saya
Jadi hal ini gagal, tapi tidak percuma
Sekali lagi, hal ini adalah pelajaran
Saya tidak akan menunggu lagi untuk kamu
Atau pria manapun
Hanya untuk tetap menjaga perasaan saya
Terselamatkan dari sakit hati dan patah hati
Kamis, 02 Februari 2017
Untuk lelakiku yang pernah kecewa
Mungkin bukan
hal istimewa
Setiap manusia
pernah kecewa
Di satu lapis, ruang hati dibentuk perasaan yang ria;
Di lapis lain,
perasaan-perasaan yang terluka dan terpojok
Di satu sisi,
ada bagian yang selalu ingin diperlihatkan, sebagai scene
Di sisi lain,
bagian yang hendak disembunyikan, obscene
Aku ingin mengatakan, aku sendiri seperti sosok-sosok yang digambarnya (orang lain)
Di satu saat aku
“orang kaya… yang memadati perutnya dengan makanan dan menenggak kemakmuran.”
Tapi di saat
lain aku juga orang yang berdiri di luar pintu, di guyur hujan,
mengemis.
“Aku seakan-akan
terbelah dua dalam satu tubuh. Aku tak selalu bisa konsisten akan suatu hal.
Perubahan dan
pemikiran itu ada, maka aku pertimbangkan kedua hal itu"
Untuk lelakiku yang pernah kecewa,
Anda biasa
bersabar — dan makin tua makin demikian —
Anda menyadari
pada akhirnya bukan anda (juga bukan dia)
yang memutuskan
keburukan atau kebaikan apa yang harus saya pilih.
Anda hanya bisa
kecewa dengan nasehat-nasehat agung sebelumnya kepadaku
Pemikiranku mungkin terbatas.
Mungkin aku
kehilangan perspektif kamu yang mencakup semua tindakanku saat itu.
Tapi aku pernah
yakin bahwa “mengatakan” kepadamu selalu sama dengan “menyerahkan pilihan
kepadaku”
dan “menyerahkan
pilihan kepadaku" sama dengan “keputusanku tanpa kamu”.
Namun ketika aku
memutuskan, ada yang keliru; perasaanmu ternyata kecewa
Dari aku yang berhenti dengan kata kecewa
The Reason A Poet Coming To You
Sudahkah kamu meminum puisimu hari ini?
Sudahkah kamu mencuri pandang baterai teleponku hari ini?
Atau sudahkah kamu memakan apelmu hari ini?
Hmmm aku tahu kamu tersenyum,
Boleh kulanjutkan?
Aku menulis puisi ini; karena rasa sayang tak bisa menuliskan
perasaannya sendiri
Aku mengirimkan puisi ini; karena bahagia tak bisa mengirimkan
candanya sendiri
Juga aku memberitahu puisi ini; karena aku ingin dibilang romantis
Rasa ini, bukan lagi perasaan suka dan cinta
Ini adalah tentang sayang untuk dikenang
Mengenalmu adalah tiada pernah terbayangkan
Mendekatimu adalah suatu ketidaksengajaan
Terperangkap bersamamu adalah pilihan yang menyenangkan
Sampai disinilah puisiku,
Puisi ini tidak akan kutulis dalam kertas,
Kumasukkan ke dalam botol, dan kuhanyutkan ke laut
Karena itu mengotori laut
Dan aku tak punya cukup banyak botol untuk memasukkan semua perasaanku ke
dalamnya
Bertemu Ketiga
Untuk kamu yang mengambil jalan kiri
Pernahkah kamu tahu rasanya bertemu kembali dengan orang yang telah kita ikhlaskan?
Pernahkah kamu tahu rasanya bertemu kembali dengan orang yang telah mengambil jalan kiri sedangkan diri kita yakin dengan jalan kanan yang tengah diambil?
Pernahkah kamu berpikir mungkin jalan kiri dan jalan kanan itu hanya cabang yang nantinya kembali menjadi satu?
Pernahkah dia membaca pesan-pesan yang kutinggalkan untuknya?
Pria, aku bertemu lagi denganmu
Pertemuan pertama denganmu
Membuatku seperti orang bodoh
diam, kaget, beku kaku
Pertemuan kedua denganmu
Membuatku seperti pemikir
Aku berpikir haruskah aku menyapamu?
Tapi kau terus berlalu dan aku yang pemalu
Pertemuan ketiga denganmu
Membuatku seperti ahli filsafat
Aku berpikir tentang jalan yang tengah kita ambil, aku tak mau merusak jalan kita masing-masing
Maka kali ini biar aku yang berlalu
Melawan kata hai yang telah di ujung lidah
Pernahkah kamu tahu rasanya bertemu kembali dengan orang yang telah kita ikhlaskan?
Pernahkah kamu tahu rasanya bertemu kembali dengan orang yang telah mengambil jalan kiri sedangkan diri kita yakin dengan jalan kanan yang tengah diambil?
Pernahkah kamu berpikir mungkin jalan kiri dan jalan kanan itu hanya cabang yang nantinya kembali menjadi satu?
Pernahkah dia membaca pesan-pesan yang kutinggalkan untuknya?
Pria, aku bertemu lagi denganmu
Pertemuan pertama denganmu
Membuatku seperti orang bodoh
diam, kaget, beku kaku
Pertemuan kedua denganmu
Membuatku seperti pemikir
Aku berpikir haruskah aku menyapamu?
Tapi kau terus berlalu dan aku yang pemalu
Pertemuan ketiga denganmu
Membuatku seperti ahli filsafat
Aku berpikir tentang jalan yang tengah kita ambil, aku tak mau merusak jalan kita masing-masing
Maka kali ini biar aku yang berlalu
Melawan kata hai yang telah di ujung lidah
Perintah Tuhan
Tuhan tak pernah menyuruh nelayan pergi ke laut. Itu adalah pilihannya sendiri.
Tuhan pun tak pernah menyuruh petani mencocok
sawah. Itu adalah pilihannya sendiri.
Dan Tuhan pun tak pernah menyuruh saya
memilihnya.
Itu adalah pilihan saya sendiri.
Pacaran juga adalah hal yang tak pernah diminta Tuhan untuk saya lakukan. Tapi saya melakukannya.
Kini, saya sedang dalam
keadaan rusak, hati saya bicara A tapi mulut saya tak mampu menyalurkannya
dengan baik.
Saya memohon kepada Tuhan tapi saya juga malu.
Tuhan tak pernah
meminta saya untuk pacaran, kini saat saya rusak, saya meminta Tuhan
mengatasinya.
Siapa saya ini?
Suatu saat
Sudahkah kamu menilai hari ini tuan?
Di hari ini,ketika para ksatria hilang.
Di hari ketika sang hujan menjelma menjadi racun
Dan laba-laba mulai menyulam benangnya
Ada yang bongah: rusak tak kembali
Mungkin itu tak bernilai (bagimu)
Mungkin itu tak ternilai (bagiku)
Tapi adakah bagi kita itu memiliki nilai yang sama?
Tuan, di hari ini
Ada hati yang lelah pada celah yang mengangah.
Ada mata yang menutup melihat realita.
Ada jari yang tak mau digenggam lagi.
Ada aku yang bukan milikmu lagi
Tuan, suatu saat
Kau akan mengerti
Saat ketika matahari telah memajang bayangan di penghujung jalan
Saat sungai mulai meninggalkan hulu menuju hilir
Hati yang kau miliki
Sudah bukan milikmu lagi tuan
Berhentilah
Aku yang merasa jahat
Hari ini kuingin kembali bicara tentangmu
Sudah lama kupergi darimu
Kau yang mungkin tersiksa atas kepergianku
Kau juga yang mungkin telah mengorbankan semuanya atas kepergianku
Lautan padang teh yang kulintasi
Kabut tebal yang coba kutebas
Mengingatkanku kembali atas perginya diriku dari dirimu
Aku menyadari bahwa cintamu besar
Juga sayangmu
Aku tak buta akan hal itu
Aku juga tak tuli
Menyadari semua perlakuanmu padaku membuatku merasa jahat
Tapi juga kutahu
Jika kukembali padamu
Hatimu akan kembali terluka karena aku
Kau rela terluka,
Tapi bagaimana dengan aku yg membuatmu terluka?
Sedemikian cukup ku membuat luka
Maka biar kuhanya mengingatmu tanpa kembali padamu
Sudah lama kupergi darimu
Kau yang mungkin tersiksa atas kepergianku
Kau juga yang mungkin telah mengorbankan semuanya atas kepergianku
Lautan padang teh yang kulintasi
Kabut tebal yang coba kutebas
Mengingatkanku kembali atas perginya diriku dari dirimu
Aku menyadari bahwa cintamu besar
Juga sayangmu
Aku tak buta akan hal itu
Aku juga tak tuli
Menyadari semua perlakuanmu padaku membuatku merasa jahat
Tapi juga kutahu
Jika kukembali padamu
Hatimu akan kembali terluka karena aku
Kau rela terluka,
Tapi bagaimana dengan aku yg membuatmu terluka?
Sedemikian cukup ku membuat luka
Maka biar kuhanya mengingatmu tanpa kembali padamu
Tidak Kemana-Mana
Saya sedang berpikir tentang diri saya. Diri
saya yang tidak kemana-mana. Setahun ini saya bungkam, tidak berpindah, tidak
bergerak dari zona nyaman saya. Setahun ini memang banyak hal luar biasa yang
saya rasakan, mulai dari lulus kuliah, menjadi wisudawan terbaik, bekerja di
rektorat, masuk S2, dan buku saya yang keempat terbit. Tapi jujur di dalam hati
saya, masih ada yang kurang. Bukan saya tidak bersyukur untuk hal-hal itu. Saya
sangat sangat bersyukur untuk hal itu. Namun saya bingung tentang tujuan saya.
Sejujurnya, semua yang saya lakukan tidak pernah saya rencanakan dengan ambisi perlu tercapai. Saya hanya berusaha untuk mencapainya tapi saya sendiri tidak pernah memaksakan diri saya untuk mencapai semuanya. Saya hanya berusaha melakukan terbaik yang saya bisa.
Namun sekarang, saya sedang menemui kebimbangan dalam perjalanan hidup saya. Melihat teman-teman saya melakukan hal-hal luar biasa di luar zona nyaman mereka, membuat saya iri. Saya iri melihat Ryan yang berani menjelajah 35 hari ke luar negeri tanpa menentukan tujuannya dahulu, saya iri pada Janu yang membuat lembaga pendidikan di daerahnya, saya iri pada teman-teman saya yang telah menentukan tujuan dan akan jadi apa mereka. Dan saya, hanya menjalani hidup.
Rasanya bosan, ada sesuatu yang kurang. Tapi saya tetap tak bergerak, tak kemana-mana.
Mungkin bodohnya saya untuk tak kunjung bergerak. Tapi rasanya begitu sulit untuk bergerak. Jika saya punya sedikit keberanian untuk bergerak, maka hal-hal yang sudah teratur dalam hidup saya akan berubah. Mungkin pilhan yang saya pilih akan menguatkan atau melemahkan hidup saya, akhirnya sekali lagi karena takut, saya tak kemana-mana.
Tapi kebosanan itu semakin pekat. Saya mulai bengah. Saya ingin bergerak.
Sejujurnya saya belum tahu mau melakukan apa. Tapi saya pikir, saya harus mulai memikirkan tujuan hidup saya atau hal-hal yang ingin saya tuju.
Saya ingin kembali ke diri saya yang dahulu, yang berjuang untuk hal-hal menyenangkan.
Sepi
Di sini sepi tak bertepi
Ada riuh tanpa gemuruh
Ada aku tanpa kamu
Fana
Seseorang pernah selalu ada di sana,
Selalu ada di sini, kemudian
Tiba-tiba lenyap
Dan terus menerus lenyap
Selalu ada yang pergi
Kepergian adalah momen luar biasa
Namun akhirnya biasa
Biarlah orang melakukan yang diinginkannya
Lalu mereka mati, semua, satu-satu
Bagi awan, himpunan itu, tak ada
Yang ganjil di saat itu
Pada hutan, pantai, gurun, dan glasir, pergilah kamu
Menghilang, menjauh, mengelak, dan jadi asing untuk diriku
Tak ada lelah
Tak ada celah
Tak ada salah
Berbahagialah
Langganan:
Postingan (Atom)