Alkisah
di sebuah negeri, ada seorang anak bernama Amel. Amel adalah seorang anak
korban tsunami. Pada suatu malam ia berdoa pada Tuhan. Berharap semuanya akan
jauh menjadi lebih baik.
Titik-titik
hujan jatuh membelai pipi anak manis itu. Ia pun menjadi sedih hingga akhirnya
menangis. Lalu sang bintang yang sedang bermain-main di langit, tidak sengaja
melihatnya. Ia pun turun dari langit dan memancarkan sinarnya, memberi
kehangatan pada anak itu. Anak itu pun tertegun pada bintang itu. Hingga
akhirnya sang bintang bertanya pada anak itu,,
"Mengapa
kamu menangis? Lihatlah hujan baru saj berhenti dan sekarang semua bintang dan
bulan sedang tertawa gembira?" seru sang bintang
"Aku
sedih bintang, aku merasa seperti dibenci bumi" hela Amel dengan lembut
"Dibenci
bumi? Mengapa kau berpikir seperti itu?"
"Aku...,
aku merasa bumi tidak sayang padaku, setiap hari ia mengirimkan hujan padaku
dan keluargaku hingga akhirnya aku harus mengungsi karena banjir, setiap minggu
ia kirimkan kami gempa hingga kami bingung mencari tempat yang aman. Dan bahkan
sekarang ia mengirimkan aku bencana tsunami, hingga aku harus hidup sebatang kara."
"Sebenarnya
aku tidak tahu apakah bumi membencimu atau tidak? Namun jika kamu mau aku bisa
menanyakannya pada bumi tapi dengan syarat kau harus berhenti menangis"
"Iya,
tolong tanyakan padanya ya bintang, aku akan menunggumu disini dan aku akan
berhenti menangis."
"Baiklah"
Pergilah
sang bintang ke tempat bumi, tampak disana bumi sedang terisak dan siap untuk
menangis kembali.
"Bumi.."
seru sang bintang
"Bintang?
Rasanya sudah lama sekali aku tidak berjumpa denganmu, apa ada sesuatu yang
ingin kau bicarakan?"
"Iya,
aku hanya ingin menyampaikan sebuah amanat dari salah satu anak di bumi. Ia
bertanya padaku apakah kamu membencinya, membenci manusia"
"Sungguhkah
ia bertanya seperti itu? Tapi bukankah manusia yang membenciku?"
"Tidak,
mereka tidak membencimu bumi,
itu yang kutahu. Mereka hanya berkeluh kesah mengenai hujan, gempa dan tsunami
yang kau kirimkan pada mereka. Mereka merasa semua itu kau lakukan karena kamu
benci dengan mereka" hibur sang bintang
"Apakah
begitu bintang? Sungguh aku tak pernah bermaksud untuk itu. Gempa yang
kukirimkan pada mereka adalah getaran tubuhku. Aku merasa sangat kedinginan
karena pohon-pohon yang menjadi mantelku semakin menipis. Manusia terus saja
menebangi pohon-pohonku hingga beberapa bagian tubuhku tak diselimuti hingga
akhirnya aku pun kedinginan dan tubuhku bergetar. Lalu juga terkadang aku
bergetar karena tubuhku gatal, sangat gatal. Ini semua karena sampah-sampah
yang ada di tubuhku semakin banyak dan tidak ada yang mau peduli hingga
akhirnya seluruh tubuhku gatal. Dan aku pun ingin menggaruknya dan mungkin aku
tak sengaja menggerakkan tubuhku. Lalu mungkin tanpa mereka sadari aku kirimkan
panas yang berlebihan hingga menyebabkan kemarau. Itu semua karena aku sangat
kedinginan bintang karena tak ada pohon yang menjadi mantelku dan aku pun
mendekat pada matahari. Atau aku terlalu dekat hingga menyebabkan mereka
kepanasan."
"Lalu
bagaimana dengan hujan dan tsunami bumi?"
"Tsunami
yang terjadi itu karena aku sedang demam dan batuk, aku batuk-batuk hingga
akhirnya tidak sengaja melakukan gerakan yang besar. Dan aku tidak bisa menahan
air laut di tubuhku lagi, kamu tahu kan kalau kita sedang sakit tubuh kita bisa
sangat tidak berdaya. Ini semua terjadi karena polusi dari manusia yang
membuatku batuk-batuk. Selain itu tubuhku terasa sangat sakit, gara-gara
paku-paku bumi yang mereka tancapkan padaku.Terakhir adalah hujan, hujan adalah
air mataku bintang.Aku sedih melihat apa yang manusia lakukan padaku bintang,
mereka terus saja membuat kerusakan di diriku. Hingga aku berpikir mereka
membenciku"
"Ohh
begitu tapi bumi mereka
manusia tidak membencimu. Mereka mencintaimu dan makanya sekarang jangan
menangis lagi yaa, kasian mereka banjir teruss. Dan akan aku katakan pada mereka semua yang
kudengar tadi. Ok?"
"Iya
baiklah bintang, terima kasih"
"Sama-sama"
Bintang
pun pergi dengan senyum di bibirnya dan ia akan menyampaikan semua pada Amel
yang telah menunggunya di sana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar