Puisi ini hanya tulisan
Tak bermulut tapi punya rasa
Tak punya telinga tapi ingin didengar
Dan puisi ini tak akan pernah bertitik karena puisi ini simbol rasa yg tak pernah berakhir
Kutulis puisi ini agar kau mengerti
Kutulis puisi ini agar kau mau mendengar
Kutulis puisi ini karena aku pecundang
Kau tahu puisi ini hanya sebuah hiperbola dari abstraknya rasa
Kumpulan partikel-partikel sakit dan berkumpul menjadi perih
Kau begitu mengerti aku dibandingkan diriku sendiri
Kau menghargaiku bagai putih yang suci
Aku ingin menangis semalaman suntuk untukmu
Memahami rasamu yang tak kan pernah bisa kubalas
Aku telah mengganggap kau sebagai diriku dalam kelamin yg lain
Aku ingin kau terus ada untukku tak ingin kau berpaling dengan yang lain
Tapi di satu sisi aku tak dapat membalasmu
Aku hanya ingin kamu sebagai tangan penuntunku ketika aku lemah
Aku ingin kamu menjadi mata ketika aku tidak bisa melihat yang benar dan salah
Dan aku ingin memiliki rasamu seutuhnya; tak ingin kau teruntuk yang lain
Aku takut kamu menjadi dia yang meninggalkan aku
Aku takut kamu menjadi pembohong seperti dia
Betapa bangganya aku ketika dia memperhatikanku menjagaku dengan segenap perasaan dia tanpa kamu tahu
Tapi begitu kukatakan yg sebenarnya dia tinggalkan aku
Aku memang jahat dan pecundang tapi ku takkan bisa kehilangan yang terlalu indah untuk kulepas/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar