Sabtu, 29 April 2017

Aku Jatuh

Ini memang bukan jatuh cinta pada pandangan pertama, karena faktanya aku selalu jatuh di setiap pandangan.

Mereka Bilang





Mereka bilang dia cantik
Mereka bilang aku jelek

Mereka bilang dia baik

Mereka bilang aku jahat

Mereka bilang dia pintar
Mereka bilang aku bodoh 


Mereka bilang dia segalanya 

Mereka bilang aku hanya bayangan, tak ada arti 

Mereka bilang dia adalah masa depan 

Mereka bilang aku adalah masa lalu

Mereka bilang dia adalah ratu dengan aku kacungnya 

Mereka bilang aku adalah ratu dengan dia kacungnya

Mereka bilang dia adalah bintang yang bersinar 

Mereka bilang aku adalah gelap malam

Mereka bilang dia adalah anugerah 

Mereka bilang aku adalah kutukan

Mereka bilang dia adalah aku 

Mereka bilang aku adalah dia

Poam to Palestine

Bintang itu kembali bersinar! 
Satu dua tiga empat hingga tak ada satu orang pun lagi yang mampu menghitungnya! 

Celakalah sang bintang! 
Sang bintang jatuh ke bumi dan bertabrakan dengan para cacing tanah 
Menyebabkan ledakan maha dahsyat 
Tak lama terdengar kata ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR! 

Semua hanyut dalam banjir tangisan
Potongan-potongan daging manusia berserakan di tanah, tempat sang bintang jatuh
Darah bagai air yg mengaliri mulut manusia yang ternganga tak bernyawa menghilangkan rasa haus mereka selama ini dan menggantinya dengan rasa sakit yang besar
Di balik cadarnya sang ibu berumpat kepada si pemilik bintang 

Anak memeluk ibu mereka 
Tak jarang pula sang ibu berteriak-teriak melihat makhluk kecilnya menjadi mayat
Para simpatisan datang untuk membantu mereka
wartawan pun datang dengan kamera di tangan kirinya dan tasbih di tangan kanannya
Bulan sabit merah sibuk dengan tandu-tandunya
Mengobati yg terluka; mengobati yang patah 
Tapi tak ada satu pun dari mereka yang mampu mengobati sakit hati para sakit 

Allah memang adil
Ia berikan adil di dunia ini
Ia berikan sakit pada hamba-Nya 
Ia juga berikan senyum di hambaNya
Ia berikan senyum bagi para pemilik bintang-bintang itu 

Para pemilik bintang itu tampang menikmati detik kemengangan itu
Ya detik hanya detik sebuah detik kebahagiaan dunia dan abadi di neraka
Sang komandan pemilik bintang itu tersenyum, ia telusuri kertas biru hijau ia beri tanda X bagi daerah yg besok akan rata dengan tanah di tangannya! 
Ia buai anggur ia teguk maksiat dan ia telan nestapa 
Sungguh itulah yg akan terjadi bagi sang komandan! 

Sementara itu sang warga palestina berpikir apakah ia harus tidur atau tidak
Ia adukan semuanya kepada Tuhan-Nya *DIMANA AKU BERADA YA ALLAH KETIKA KUTUTUPKAN MATA INI APAKAH AKU MASIH ADA DI DUNIA ATAU MUNKAR DAN NAKIR YANG AKAN KUTEMUI? AKU IKHLAS DENGAN JALANMU YA ALLAH!

Kutulis Puisi Ini

Puisi ini hanya tulisan
Tak bermulut tapi punya rasa
Tak punya telinga tapi ingin didengar
Dan puisi ini tak akan pernah bertitik karena puisi ini simbol rasa yg tak pernah berakhir

Kutulis puisi ini agar kau mengerti 
Kutulis puisi ini agar kau mau mendengar
Kutulis puisi ini karena aku pecundang

Kau tahu puisi ini hanya sebuah hiperbola dari abstraknya rasa 
Kumpulan partikel-partikel sakit dan berkumpul menjadi perih

Kau begitu mengerti aku dibandingkan diriku sendiri
Kau menghargaiku bagai putih yang suci 
Aku ingin menangis semalaman suntuk untukmu
Memahami rasamu yang tak kan pernah bisa kubalas

Aku telah mengganggap kau sebagai diriku dalam kelamin yg lain
Aku ingin kau terus ada untukku tak ingin kau berpaling dengan yang lain
Tapi di satu sisi aku tak dapat membalasmu
Aku hanya ingin kamu sebagai tangan penuntunku ketika aku lemah
Aku ingin kamu menjadi mata ketika aku tidak bisa melihat yang benar dan salah
Dan aku ingin memiliki rasamu seutuhnya; tak ingin kau teruntuk yang lain

Aku takut kamu menjadi dia yang meninggalkan aku
Aku takut kamu menjadi pembohong seperti dia
Betapa bangganya aku ketika dia memperhatikanku menjagaku dengan segenap perasaan dia tanpa kamu tahu
Tapi begitu kukatakan yg sebenarnya dia tinggalkan aku

Aku memang jahat dan pecundang tapi ku takkan bisa kehilangan yang terlalu indah untuk kulepas/

Rabu, 26 April 2017

Bumi

Alkisah di sebuah negeri, ada seorang anak bernama Amel. Amel adalah seorang anak korban tsunami. Pada suatu malam ia berdoa pada Tuhan. Berharap semuanya akan jauh menjadi lebih baik.
Titik-titik hujan jatuh membelai pipi anak manis itu. Ia pun menjadi sedih hingga akhirnya menangis. Lalu sang bintang yang sedang bermain-main di langit, tidak sengaja melihatnya. Ia pun turun dari langit dan memancarkan sinarnya, memberi kehangatan pada anak itu. Anak itu pun tertegun pada bintang itu. Hingga akhirnya sang bintang bertanya pada anak itu,,
"Mengapa kamu menangis? Lihatlah hujan baru saj berhenti dan sekarang semua bintang dan bulan sedang tertawa gembira?" seru sang bintang
"Aku sedih bintang, aku merasa seperti dibenci bumi" hela Amel dengan lembut
"Dibenci bumi? Mengapa kau berpikir seperti itu?"
"Aku..., aku merasa bumi tidak sayang padaku, setiap hari ia mengirimkan hujan padaku dan keluargaku hingga akhirnya aku harus mengungsi karena banjir, setiap minggu ia kirimkan kami gempa hingga kami bingung mencari tempat yang aman. Dan bahkan sekarang ia mengirimkan aku bencana tsunami, hingga aku harus hidup sebatang kara."
"Sebenarnya aku tidak tahu apakah bumi membencimu atau tidak? Namun jika kamu mau aku bisa menanyakannya pada bumi tapi dengan syarat kau harus berhenti menangis"
"Iya, tolong tanyakan padanya ya bintang, aku akan menunggumu disini dan aku akan berhenti menangis."
"Baiklah"
Pergilah sang bintang ke tempat bumi, tampak disana bumi sedang terisak dan siap untuk menangis kembali.
"Bumi.." seru sang bintang
"Bintang? Rasanya sudah lama sekali aku tidak berjumpa denganmu, apa ada sesuatu yang ingin kau bicarakan?"
"Iya, aku hanya ingin menyampaikan sebuah amanat dari salah satu anak di bumi. Ia bertanya padaku apakah kamu membencinya, membenci manusia"
"Sungguhkah ia bertanya seperti itu? Tapi bukankah manusia yang membenciku?"
"Tidak, mereka tidak membencimu bumi, itu yang kutahu. Mereka hanya berkeluh kesah mengenai hujan, gempa dan tsunami yang kau kirimkan pada mereka. Mereka merasa semua itu kau lakukan karena kamu benci dengan mereka" hibur sang bintang
"Apakah begitu bintang? Sungguh aku tak pernah bermaksud untuk itu. Gempa yang kukirimkan pada mereka adalah getaran tubuhku. Aku merasa sangat kedinginan karena pohon-pohon yang menjadi mantelku semakin menipis. Manusia terus saja menebangi pohon-pohonku hingga beberapa bagian tubuhku tak diselimuti hingga akhirnya aku pun kedinginan dan tubuhku bergetar. Lalu juga terkadang aku bergetar karena tubuhku gatal, sangat gatal. Ini semua karena sampah-sampah yang ada di tubuhku semakin banyak dan tidak ada yang mau peduli hingga akhirnya seluruh tubuhku gatal. Dan aku pun ingin menggaruknya dan mungkin aku tak sengaja menggerakkan tubuhku. Lalu mungkin tanpa mereka sadari aku kirimkan panas yang berlebihan hingga menyebabkan kemarau. Itu semua karena aku sangat kedinginan bintang karena tak ada pohon yang menjadi mantelku dan aku pun mendekat pada matahari. Atau aku terlalu dekat hingga menyebabkan mereka kepanasan."
"Lalu bagaimana dengan hujan dan tsunami bumi?"
"Tsunami yang terjadi itu karena aku sedang demam dan batuk, aku batuk-batuk hingga akhirnya tidak sengaja melakukan gerakan yang besar. Dan aku tidak bisa menahan air laut di tubuhku lagi, kamu tahu kan kalau kita sedang sakit tubuh kita bisa sangat tidak berdaya. Ini semua terjadi karena polusi dari manusia yang membuatku batuk-batuk. Selain itu tubuhku terasa sangat sakit, gara-gara paku-paku bumi yang mereka tancapkan padaku.Terakhir adalah hujan, hujan adalah air mataku bintang.Aku sedih melihat apa yang manusia lakukan padaku bintang, mereka terus saja membuat kerusakan di diriku. Hingga aku berpikir mereka membenciku"
"Ohh begitu tapi bumi mereka manusia tidak membencimu. Mereka mencintaimu dan makanya sekarang jangan menangis lagi yaa, kasian mereka banjir teruss. Dan akan aku katakan pada mereka semua yang kudengar tadi. Ok?"
"Iya baiklah bintang, terima kasih"
"Sama-sama"
Bintang pun pergi dengan senyum di bibirnya dan ia akan menyampaikan semua pada Amel yang telah menunggunya di sana.

.



Yang membuat saya percaya bahwa foto bisa bicara adalah anda. Foto anda seakan bicara, bahwasanya Sang Pencipta mempunyai pesona indah berupa manusia untuk saya jaga. Di setiap gambaran foto itu, terdapat sebuah kenyamanan  yang tak terdefinisikan. Matamu, mataku, mata yang memata-matai mata kita. Tak terbaca.

Q & A

Q: “Pernahkah kamu berpikir, mengapa cinta dan benci bisa tumbuh berdekatan kadang hanya ada selaput tipis sebagai pembatasnya. Saya sering membayangkan, tentu lebih menyenangkan jika cinta berada di samping persahabatan atau setidaknya pertemanan karena dengan batas itu saya tidak perlu takut ketika saya mencoba menerobos satu sisi untuk ke sisi lain, menerobos persahabatan menjadi suatu bentuk cinta. Tapi ternyata kenyataannya tidak seperti itu kan, batas cinta adalah kebencian dan saya tidak tahu dimana batas pertemanan atau persahabatan dengan cinta, saya takut ketika saya salah menerobos pembatas itu yang saya temui adalah batas kebencian. Bukankah banyak orang yang salah menerobos  batas tersebut dan tersesat dalam benci. Dan mengapa cinta itu bisa lebih rendah atau lebih tinggi antara satu pasangan dengan pasangan yang lain?”

...


A: ”Karena persahabatan tidak terletak di samping cinta. Tapi persahabatan terletak dalam cinta. Jika kamu menghayati dan benar pernah merasakannya, kamu akan menemui bahwa cinta adalah persahabatan yang eksklusif, hanya dapat dimiliki untuk satu orang. Persahabatan dan cinta tidak akan pernah menyakiti, akan selalu mengasihi, dan tak ingin orang yang ia sebut sahabat atau cinta itu tersakiti. Dan soal cinta atau benci simpati atau antipati adalah soal hati yang tumbuh laksana jari-jari kita, tidak dapat ditanyakan mengapa yang satu lebih rendah dari yang lain dan mengapa ibu jari lebih besar dari jari kelingking.

Jodoh

Kalau memang jodoh kita pasti akan ketemu lagi 

Kalau bukan itu alasan Tuhan yang tidak perlu ditanyakan kenapa.

Berlari


Berlari

Mari kita sebut ini pelarian
Menunggu itu membosankan; oleh karena itu saya berlari
Ah sial, saya berlari ke tempat yang salah
Tempat iu menahan saya

Tempat itu tidak buruk
Ia memberi saya makan, minum dengan cinta yang amat besar
Ia menjaga saya
Mencoba membuat saya menetap selamanya

Saya berusaha
Tapi gagal
Seseringkali saya berkata bahwa ini bukan pelarian
Sesering itu pula saya ingin berlari

Saya, (mungkin) manusia tidak tahu terima kasih

PELAJARAN



Pernah bersama kamu, bukan suatu kesalahan
Saya anggap, hal ini adalah pelajaran
Mengenal kamu, mendewasakan saya
Sayangnya, saat kita dewasa, kita malah tak saling mengenal

Saya berharap saya dapat membaca hal yang tersirat
Mengetahui apa yang ada di pikiranmu
Bersikap seperti maunya kamu
Melakukan semuanya dengan sempurna
Tapi saya tidak punya  kemampuan untuk membaca pikiran
Dan kamu juga tidak pernah menjelaskan kepada saya
Jadi hal ini gagal, tapi tidak percuma

Sekali lagi, hal ini adalah pelajaran
Saya tidak akan menunggu lagi untuk kamu
Atau pria manapun
Hanya untuk tetap menjaga perasaan saya

Terselamatkan dari sakit hati dan patah hati