In the Wee of Small Hours
Ah, kamu pergi. Aku benci pada kamu yang pergi. Aku benci di musim apa kita mesti berpisah tanpa membungkukan selamat jalan. Aku benci berjalan sendiri mengikuti bayang-bayang yang memanjang di depan . Merenung sendiri dari balik jendela yang berembun.
Iya KAMU! Kamu yang tidak bertengkar dengan waktu tentang siapa di antara kita yang menciptakan perpisahan. Kamu dan perpisahan yang tidak bertengkar tentang siapa di antara kita yang menciptakan bayang. Kamu yang pernah datang dalam hidupku, mengajari aku banyak hal. Kamu yang dalam waktu singkat kukenal dan dalam waktu yang lama…masih kuingat
Jika mengenal bulan harus menjadi bintang. Mengenal benua harus menjadi samudera. Mengenal pasir harus menjadi debu. Mengenal sinar harus menjadi berkas. Mengenalmu harus menjadi aku.
Aku mengenalmu dengan hebat. Membuat seakan-akan aku telah berkenalan dengan dunia ini. Membuat alam terasa terkadang akrab, terkadang ganjil, terkadang menantang, terkadang membujuk.
Kini, ma(mp)ukah aku setelah menghabiskan separuh tawa, tangis, rindu, dan sakit denganmu . Menjadi dewasa bersamamu. Pada akhirnya, tiba di hari yang tiba-tiba. Pada hari yang tiba-tiba ada jarak antara aku, kamu, dan kata. Pada hari yang tiba-tiba engkau pun lengkap menerimanya dengan ikhlas. Ketika bertemu. Aku takut. Hanya bisa diam karena tak ada lagi yang bisa diceritakan. Tersenyum pura-pura dan menebak-nebak, selalu menebak-nebak.
But In the Wee of Small Hours, I believe you. Always.
Jangan pejamkan matamu ya: aku ingin tinggal di hatimu yang teduh.
Dari aku
Untuk kamu yang mendinginkan mataku
Untuk kamu yang mendinginkan mataku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar